Coretanku # Jum’at, 02 Desember 2005

Sekiranya tadi pandanganku terlalu lama untuk menatapnya, kemungkinan besar kecurangan atas kelicikanku mencuri pandang di belakang wajah ayu itu ketahuan dan daku hanya mempunyai merah padam muka ini yang tak mampuh saya sembunyikan atas ketololan saat itu, tapi kenyataannya tidak. Mungkin saat itu Tuhan masih mengabulkan atas permintaanku, masih memberikan sutu penghormatan atas kelemahanku, masih memberikan perlindungan atas kehormatan jati diriku ini. Raut perempuan itu masih seperti daku pertama melihatnya, manis dan anggun. Ah, tak perlu saya jelaskan kembali kelebihan atas raut wajahnya yang nampak seperti buah yang menggiurkan air ludah ini, sangatlah tidak layak untuk saya bandingkan dengan semuanya, yang jelas ciptaan Tuhan akan lebih sempurna bila semuanya dipadukan dengan kejernihan hati atas perilaku kesehariannya.

Dan saat itu sebenarnya saya menginginkan waktu yang lebih panjang dari sebelumnya, sebab posisi saya memandang atas raut wajahnya sangat strategis untuk tetap memilihnya sebagai panutan dalam hati, namun lagi-lagi saya harus berpegang pada pedoman bahwa suatu perjumpaan pasti akan bertemu jua dengan perpisahan, itu tidak akan saya elakan atas ketaqdiran, atas kodrat Tuhan, mungkin dibalik semua itu Tuhan memberikan suatu kelebihan lain atas jasad yang akan saya pandangi lagi, sebab lama-lama tidak akan menjadi suatu kesukaan atas kepuasan seseorang, sebab manusia adalah manusia, sifatnya jauh berbeda dengan binatang atau pun malaikat, namun lagi-lagi pertengahan atas sikap manusia akan menjadi pedoman bagi kitab suci firman Tuhan, sebab bila seandainya manusia dibawah titik jenuhnya mampu melebihi sipat dari kebinatangan, namun bisa juga manusia dari sipat terpujinya mampu melibihi malaikat. Namun, kita juga harus perpegang teguh pula, bahwa manusia bukanlah malaikat atau pun binatang, manusia adalah manusia yang dijadikan sebagai peciptaan yang sempurna dari mahluk yang lainya oleh Tuhan. O, betapa mulia manusia dari mahluk yang lainnya, mungkin termasuk saya sendiri. 

Ah tidak, daku bukanlah manusia yang dikatakan sebelumnya, daku hanyalah manusia yang penuh dengan dosa dan noda atas keteledoran jati diri ini, bagaimana tidak, bukankah dikatakan dosa bila seseorang mempunyai komitmen namun dia menghianati? Bukan, bukan saya maksud menghianati, namun ada beberapa pengertian dari semacam penghianatan. 

Bila dianalisis bahasa yang daku maksud bukanlah suatu hal yang merugikan orang lain, mungkin atas jiwa kosongnya atau jiwa kosongku. Ya, begitulah anaslisis bahasa yang naif dimiliki seorang mahasiswa yang pas-pasan atas keintelekannya. Namun sekali lagi daku bukanlah bermaksud akan hal itu, tetapi sepertinya suasana dan ruang sempit akan menjadi lebar bila hati ini lebih sering disudutkan atas kecemburuan yang tak pas untuk diperlukan jawabannya. 

Mungkin begitulah wanita, perempuan, semua perawan dimuka dunia ini akan menjadi narsis bila sesuatu yang dicintainya memiliki kelebihan dari yang diempunya, tetapi bila sekiranya yang dicintainya memiliki kelemahan yang jauh berbeda darinya, mungkin dia akan menjadi penjahat yang akan mencabik-cabik kemaskulinan. O, betapa jahatkah perempuan bila pragmatisnya tidak terpenuhi? Ya, saya tidak akan berlebihan atau menyudutkan atas perasaan yang dimiliki oleh perempuan seperti perempuan berwajah ayu itu, tetapi ini adalah suatu bukti yang tak perlu reperensi yang lain sebab dengan mata dan kepala sendiri, diri ini melihat betapa perempuan sangat jahat bila keintiman dan kepuasannya tidaklah terlampaui dari kelemahan si pejantan.

Jika sekiranya perempuan itu mengerti atas peraasan yang sangat lemah ini, mungkin tidaklah begini suatu perbuatan dia, perbuatan pada diri. Namun bukanlah perempuan bila tak memiliki sifat yang jauh dari perangai budi pekerti mungkin hanya Hawa yang memilikinya.

Andai perempuan yang saya maksud berada di sini, akan saya ajak berbincang-bincang sampai batas diujung senja, dan sampai mengerti atas keindahan perangai Adam saat memetik buah huldi. Betapa besar pengorbanan yang ditempuhnya, melebihi peringatan dari Tuhan.

Akhir kata yang saya maksud, saya tetap akan berpandangan atas kejenuhan budi perangai atas diriku, daripada mengutik akan kejenuhan perempuan dari kemaskulinan yang tak melunak dari keingianan yang ia rasakan. Esok atau lusa saya akan bercerita panjang atas diri ini untukmu dan untukku
Sapen, 09. 50 AM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Jum’at, 02 Desember 2005"

Post a Comment