Coretanku # Selasa, 23 Desember 2006 dan Minggu, 24 Desember 2006

Lama rasanya saya tak mempunyai keosongan waktu untuk sekedar berbagi cerita dalam kehidupan sehari-hari ini. Adalah sebuah kesombongan bagi diriku bila semuanya berjalan tanpa ada sesuatu yang kita capai, kuakui selama beberapa episod saya tak begitu giat menggoreskan pena kembali, sebab kesibukan lebih menyerap tanpa ada batasnya. 

Bukan berarti batin ini lebih menyukai kesunyian yang tak nyata melainkan sesuatu yang hadir di hadapan kelopak mata ini haruslah saya tunggangi walau pun saya tak suka, sebab perintah lebih lebih mengancam daripada keinginan sendiri. Saya lagi mengerjakan skripsi. Sebuah momok bagi mereka yang jenuh dengan ruangan birokrasi yang menejemukan. Namun tetap orang tak dapat memakluminya.

Sebenarnya saya ingin mengakhiri lembaran penulisan yang tak pasti ini, sebab semuanya akan lebih sia-sia jikalau seseorang kita idolakan lebih mementikan ego ambisinya. Sadar ataupun tidak, kacamata yang menjadi batas penyaringan cahaya kehidupan ini menjadi rabun kala melihat semuanya dan saya hampir buta untuk melihat kedalaman hati ini. 

Dan perempuan ayu itu masih saya temui dalam ruangan yang mejemukan, saya tak sadar akan berjumpaan itu, untungnya Tuhan lebih memiliki sayang terhadapku sehingga saya mampu bercakap-cakap yang cukup longgar dengannya yang sungguh sangat jarang untuk saya temui dalam hari-hari yang penuh dengan narsis. 

Saya berbincang-bincang sekedar membagi waktu proses penungguan dalam tanda tangan. Saya merasakan getaran saya terhadapnya tidak begitu hidup, sebab setelah hilang beberapa purnama saya tak sempat lagi memikirkan atau sekedar memperhatikan kedudukan posisinya, apalgi setelah tragedi 27 Mei 2006 itu, blas.. saya tak menemui kabar darinya, hanya hari itu. Mungkin salah satu alasan tepat bagiku kenapa tidak melbih berterus terang, sebab dirinya hanya sebagai guyonan saja dalam hal memandang jati diri.

Saya sangat paham atas pandangannya yang begitu datar terhadap mataku ini, dia lebih memilih untuk lebih pada posisinya yang sepertinya membuat dirinya lebih aman daripada gosip murahan. Saya tidak akan berharap lebih banyak, semuanya jelas terjadi apa adanya, hukum Tuhan tak bisa saya tahan. Sekeras saya bertahan, walau di hadapan Tuhan tak bernilai saya tetap yang terendah dihadapannya. Dan poligami itu tetap engkau pertahankan semoga dalam beberapa tahun ke depan ucapaamu itu tidak menjadi belenggu kelak di akherat nanti.

Saya sudah malas dengan semua ini, berpaling dengan ketikadilan sebagai hamba Tuhan, saya merasa diri ini menjadi mahluk lemah seperti tak berdaya dihadapan jelmaan Tuhan yang sombong.

Dan perempuan berwajah ayu, pagi menjelang siang tadi sebenarnya saya sudah memberikan gambaran tentang keadaan masa silamku terhadap wujud anggunnya, hanya saja engkau tidak begitu jeli dengan firasat yang ada dalam keindahanku. 

Harapan saya semoga engkau setelah membaca semuanya tak perlu engkau merasa iba terhadapku, sebab saya paling benci untuk dikasihani. Cukup engkau tahu bahwa saya tetap memperhatikanmu, walau jasad kita masing-masing telah ada yang memiliki.

Siang ini saya sangat bahagia, rasa penasaran yang dulu sempat ingin saya keluarkan ternyata engkau dengan tidak sengaja berada dalam keinginan yang sungguh tidak saya jadualkan, terima ksaih semuanya. Kehadiran wujudmu dalam surga nanti akan saya perhitungkan, semoga kelak kita akan bersua dan semoga kita termasuk orang yang beruntung di hadapan Tuhan. Biarlah hari ini tidak menjadi bukti keindahan, mungkin esok, atau lusa anak cucu kita akan mempersatukan semuanya. 

Sapen, 13.19 AM WIB


Selanjutnya.... 
Saya merasakan ada getaran aneh dalam kalbu ini, entah dari mana datangnya. Sekonyomg-konyong jasad ini begitu lemah mengingat seseorang yang berada jauh di sana, dan perempuan berwajah ayu itu sepertinya ingin merasakan suatu keinginan yang tak semestinya. 

Saya terbawa arus suasana yang melankolis, di luar mendung kursakan gulungan hitam menyelimuti alam yang indah itu. Ah, sememstinya saya tak perlu mendramatisir seperti ini. 

Hanya saja beginilah diri ini yang sebenarnya, yang begitu lemah dengan hadirnya suasana langit mendung dan sedikit rintik hujan. Saya sedang dimabuk asmara, haruskah saya mengakhiri semuanya dengan meminang perempuan pilihanku itu? seharusnya memang seperti itu, hanya saja perlu diingat, saya hanya seseorang yang tak mampu menanhan ucapan yang melemahkan kalbu ini, saya mempunyai ketakuatan perempuan berwajah ayu itu tak sudi hanya sekedar menerima keingianan kalbu ini. Sumpah diri ini bagai seorang yang kehilangan arah, tersesat, dan snagat membingungkan. Saya mencari dari yang tak kucari. 

Minggu, 24 Desember 2006 Sapen, 15:00 PM. WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Selasa, 23 Desember 2006 dan Minggu, 24 Desember 2006"

Post a Comment