Coretanku # Jum’at, 27 Januari 2006 dan Senin, 13 Februari 2006

Hari ini tanpa perempuan itu, mungkin esok atau setelah kuliah berjalan dengan semestinya daku akan bersua muka dengannya kembali. Kuaykin bila suatu kelak hari yangtepat akan daku utaran maksud hati untuk kebebasan gerak langkahku, akan kujalin sebuah asmara merindu dalam satu pelaminan yang menjamin duni akherat kurengkuh semuanya. 

Malam ini begitu dingin,hujan lebatpun hujan membasahi halamanku, halaman bangsaku, bahkan halaman kelopak mataku buih menjadi sebuah tragedi atas tak kuasa berpikir jernih secara normal. Jauh dalam lubuh kalbu ini merasa teriiris tanpa ada yang mengobati dengan seregap, hanya ocehan yangtak bermanfaat. Kusapu deraian air ini dengan hati kecewa.

Bangsaku telahmenangis kembali, bencana diamana-mana. Ah, tidak daku bukanlah seorang yang bermarga keabadian yangharus memberikan pengabdian penuh terhadap bangsa, namun diri ini rela andaimenjadi seorang martir untuk menjadi tumbal, tapi tidak untuk menjadi seorang yangmati konyol membela kaum hedonis yang menyengsarakan rakyat. Sudahlah daku takmau berbicara lebih banyak lagi sebab keindahan lebih memillikikuasa, kemodernan tidaklah menjadi satu-satunya hanya akal akanmenjadi keuungan pikiran jernih

Sapen 09.35 PM WIB


Selanjutnya...

Entah, pagi ini jasadku serasa ada yang membakar. Panas, sumu, gerah tak karuan. Seakan ada sesuatu yang akan saya alami. Hari ini akan saya upayakan untuk dapat membeli suatu pencerahan. Saya akan membeli buku. Walaupun dengan tanpa sadar kantong sudah mulai menipis untuk beberapa hari ke depan, tapi saya yakin janji Allah tidaklah akan mungkin berpaling pada umatnya yang insyaallah taat beribadah.

Tak ada yang aneh di pagi yang sudah mulai menjadi siang ini. Hanya saja diri ini sulitlah menutup untuk datangnya perempuan yang dulu saya kenal. Ah, sungguh diri ini menjadi seorang yang beraroma remaja kembali. Mandi selalu lama, wewangian sangat diutamakan dan diupayakan dengan pakaian rapih. Walaupun saya akan kehilangan perempuan berwajah ayu itu, saya rela. 

Bukanlah tanpa maksud saya mempunyaipaikiran semacam itu, hanya saja andai memilihistri carilah yang cantik rupanya supaya tidak membosankan. Ya, mungkin itu yang sekarang saya proiritaskan untuk tidak menajdi luntuk rasa sukaku padanya. Dan tak munafik bahwa diri ini adalah lelaki normal yang mendambakan layaknya pemuda masa kini. Ideal dengan keingiananku.

Apayang ahrus saya lakukan, mendekati secara rutinkah? Menghadiahgkan setiap hari bunga mawar? Ah, tidak semuanya akan saya upayakan untuk tetap berada di sampingnya. Ya dengan cara berkomunikasi yang efektif juga akan merasa dirinya ada yang melindungi. Buat apa saya berlajar tetntu hukum teori komunikasi, tatap berkomunikasi, etika berkomunikasi abdai tidak diterapkan oelh diri ini. 

Semua ini bukanlah sesuatu yang dilarang Tuhan, sebab cinta adalah karunia. Andai orang sudah berpikir bahwa cinta adalah karunia mungkin banyak orang akan berduyun-duyun menghampiri untuk tetap berada dalam pelukan asmara.

Saya tak mengerti mengapa dalalm setiap langkah ini selalu ada berkas cinta, walaupundalam kenyataannya wajah ini jauhlah dari sifat wajah pecinta. Urakan dan apa adanya. Adalah seuatu keajaiban seseorang yang akan bertekuk lutut dihadapaku. Terutama pertempuanberwajah ayu itu. mungkin itu adalah sebuah karunia. Ah, tidak akan mungkin andai semuanya terjadipun dipastikan jasad ini bermain dengan halus dengan permainan paranormal, tidak akanmungkin terjadi andai sekiranay dia tidak mengijinkan asmara berada dalam hati ini saya rasa tak usah dipaksakan, hanya akan membuat bencana yang akan mempengaruhi jiwa lelap tidurku saja.

Mengalami asmara sangatlah sulit untuk dibendung apalagi dengan suatu sasaran yang sangat kita sayangi. Contohnya diri ini. Kehidupan yangs erba gelamor sangatlah memperkuat akan jasad menjadi seorang yang kokoh walau dalam kenyataannya adalah seorang fakir dihadapa Allah.
Diri ini tidak menginginkan kelebihan dalam asmara melainka ada sesuatu yang ahrus saya terima dari sisi lemah si perawan itu.

Cukup ini sayua saya berharap tanpa sebab, sebab jasad ini sangatlah memerlukan obat penenang untuk tetap berada dalam keadaan terjada, terjaga iman, terjaga imindan terjaga sesuatuyang membuat diri in jauh dari himpitan perempuan yang mengundang dendam bearai.

Senin, 13  Februari 2006 Sapen, 11.10 PM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Jum’at, 27 Januari 2006 dan Senin, 13 Februari 2006"

Post a Comment