Coretanku # Senin, 19 Desember 2005

Sepertinya perempuan berwajah ayu itu tak begitu mengindahkan keadaan hati ini, meniadakan kesejukan kalbu yang paling dalam. Senyumnya kini tiada menentramkan kemilau kegelisahaan.

Sempat dalam beberapa detik, kemilau sinar pancaran cahaya matanya menukik lamunanku. Entah dari mata jingga itu memancarkan?

Sahabat daku tak sanggup lagi untuk bertutur cerita tentang keadaan jiwa ini, kerinduan telah hilang bersama hilangnya keamuan merajut kembali payahnya asmara yang telah kubangun. Sudahlah daku lelah, capek, ingin segera merebahkan badan di atas kasur yang tak begitu empuk itu, bermimpi, hanya bermimpilah daku mampu melapaskah kelahan itu.  

Sapen, 09.28 PM WIB


Selanjutnya....

Selamat bersua kembali dalam tahun yang baru, namun tetap hati seperti semula merintih akan jasad yang menjadi pelipur lara. Tak dinyana saya duduk berdampingan dengan perawan itu. o, betapa getaran begitu hebat menyontak kalbu ini, semoga tidaklah untuk selamanya. 

Perawan yang setiap hari jasad ini merindukannya walau hanya sebatas khayaan saya berjumpa dengannya namun hati ini sangatlah tidak berharap banyak untuh untuk memilikinya, hanya saja sebuah kedekatan padanya membuat diri ini menjadi ragu untuk tetap teguh pada dirinya. Wajahnya seperti dahulu seperti yang saya kenal semula. 

Tutur bahasanya sungguh luluh dalam buaian imajinasi yang daku harapkan, lembut dan berwibawa, karakternya santai dantidak mengandung sesuatu kedengkian dan keangkuhan. Sungguh biarpun duduk tidaklah sedekat yang daku harapkan setidaknya ada sesutu yang harus saya tulis untuk hari ini. Namun tetap diri ini tidak menjadi seorang yang harus mempertaruhkan keegoan ataupun tingkahlaku yang harus membuatnya membidik penglihatannya, namun cukup dengan uraian bahasa yang lembut daku ungkapkan dalam perjumpaan itu

Saya berharap walau tidak hari ini, esok atau lusa kuingin kalbunya berada pada posisiku walau ini bisa dikatakan tidak akan mungkin. Akankah diri ini terus membina suatu kahayalan terhadapnya? Mungkin tidak atau mampu, itu tergantu apa yang menjadi sebuah day atarik sang perawan ayu itu. say ayakin bahwa dia mempunyai yang saya harapkan walau kenyataannya beliau sering mengecewakanku. 

Ia terlalu egois dimataku, dia terlalu angku dihadapanku, dia terlalu congkak untuk ukuran perawan sebanyanya, dia terlalu over ackting memperlihatkan keanggunan yang ia miliki, namun yang jelas seutuhnya dia bukan sesuatu yang harus kuperbuat, gejolak batin ini sebenanrnya ingin rasanya saya ungkapkan padanya tapi ini sungguh tak mungkin sontakan itu tidak sedahsyat badai tsunami. Mungkin esok atau lusa saya akan memberikan yang terbaik untuknya sebagaitanda yang pas untuk memiliki kalbunya.

Perempuan berwajah ayu itu mempertanyakan kelajanganku, saya berharap keterusterangan diri ini memiliki daya tarik tersendiri untuknya, walau beberap apersen saja itu tidak akan mengkin mengubah status bergeser posisinya untuku.

Kadang hati inipun mulai luntur dengan keadaan pribadinya namun sekali-kali jasad ini berharap tidak mempunyai niatan seperti itu.

Cukup sampai disini dulu besok kita akan bertemu kembali dalam keadaaan yang berbeda. Sampai saat ini engkau masih pujaan kalbu ini dan juga sebagai pengobat ridu yang say apendam beberapa dekade saat ini  

Sapen, 12 15 PM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Senin, 19 Desember 2005"

Post a Comment