Coretanku # Sabtu, 17 Desember 2005

Memiliki rasa keinginan tentunya bukan membiarkan kalbu dalam keterasingan dalam perbuatan penyucian dalam diri. Pengasingan dalam mencari sebuah perhatian dari yang kita kasihi adalah langkah bukan tanpa maksud berharap akan hadir rasa iba darinya untukku.

Rasa khawatir mencoba menerima dengan lapang dada dari paparan ucapan permepuan itu. Bermaksud bukan harapan dari keinginan hanya ingin tahu bagaimana reaksi dari dari rasa yang paling dalam yang beliau punya. 

Kalbu ini berpaling rasanya akan mungkin terjadi, dan akan terjadi sebab beliau lebih memilih menjadi seorang yang berlindung dari prasangka kalbunya yang kecewa, saya rasa beliau ada sebuah kekecewaaan yang mendalam dari terdahulunya, kalbunya terluka dari bias kesemuan yang nampak dari raut wajahnya, daku melihat dari kejenuhannya dari hamparan ucapan, budi pekertinya. Melewati hati tanpa bersua rasanya hanya membuang ketentuan dari taqdir yang daku punya, sia-sia dan hampa, haruskah daku berbuat semua itu? Merelakan hati ini terpasung dari dogma yang tak mementu arah dan tujuan yang pasti! 

Daku menegerti mengapa sedemikian beliau berucap lebar dan panjang untuk menjelaskan seksama dari kehidupan asmara dengan lelaki yang dipujanya. Hanya penghiburan yang sementara dan selingan yang daku anggap semua itu, beliau tersenyum getir dari sudut sungging bibirnya. O, sangat mengkhawatirkan daku memandangnya, hanya ibaan dan rasa prihatin yang mampu saya berikan dalam kalbu ini. Namun, beliau hanya diam dalam lamunan panjangnya itu. Sebenarnya daku ingin mengabarkan sesuatu yang yang rasanya membuat hatinya bahagia, tapi sudahlah beliau lebih memilih satu jalan dalam hidup dan khayalan tingkat tingginya. 

Besarkah hatinya untuk lelakiyangia puja sebelumnya? Ya, namun apala daya yang harus ditanggungnya hanya sebuah buaian yang mencengkamkan yang akan menjadi bulanan dalam lamunannya jika seandainya ia berada dalam keranda kerinduanyang tak menentu. Akan kurubah status hatinya hanya milikku, namun ini tidaklah segampang membalikan telapak tangan memerlukan ikatan kesabaran yang cukup dan tahanan deburan ombak kekecewaaan seperti yang ia hadapi demi mengharapkan sepercik sentuhan kalbunya dari buaian asmara yang merindu.

Daku mulai merasakan getaran merindu untuknya walau hanya sebatas percikan air yang hinggap dari gerimis yang tak kuundang, pelan namun perlahan akan pasti daku ecap untuk esok yang akan kuraih segenap bersama asmara yang merindu bersamanya.

Engkau masih memberikan peluang untuk tidak memberikan pengharapan terhadap daku, namun dari gaya bahasa dan ucapanmu itu memberikan suatu kesan bahwa dirimu membutuhkan suatu pendukung untuk sekedar menatap esok yang cerah yang akanengkau rasakan bersama orngyang engkau puja namun sekali-kali daku bukanlah lelakiyangengkau harapkan itu, dakuhanya sebagai pelengkap dari yang sudah tiada dari serpihan asmara yang engkau tiadakan. Bukan berarti ini adalah falsafah kelemahan daku untuk kesan menerima dari keesaan hari yangengkau idamkan bersama lelaki yang setia terhadap asmara yang engkau punya.

Engkau tidak akan percaya lelaki itu adalah daku seorang yang engaku anggap lemah dan akan menjadi belau bila seandainya diri ini hinggap sebagai pendampingmu. Kuharap engkau tidak berprasangka seperti itu dahulu, sebab nasib orang siapa tahu akan daku ecap hidup walau tanpa materi, keesaan Tuhan bukanlah ukuran bagikita yang lemah untuk memikirkan akan bagaimana memberikan kepenuhan diri ini untuk keserakahaan  

Kekejaman bukan darimumelaikan dari ambisimu untuk tetap berada dalam posisi lelaki itu, andai engkau mampu memberiakn suatu tidak kepada orang itu, engkau pasti akan mampu dari belenggu dekapan yang cuma khayalan itu. Sayang, engkau masih menjelma sebagai pembela sebagai lilin menerangi seseorang naumn dirinya mencekam bahkan akan musnah dari buaian kerinduanyang engkau anggap sebagai pijarankasih dari hari-harimu. 

Untumu negkau akan mampu berdiri sendiri tanpa ada belnggu asmar ayang mengikat, asal engkau berpegang pada satu tujuan dari motivasi engkau sedarinya. Berharaplah pada yangempunya alam ini bukan pada yang dibuatnya, engkau akan kecewa selamanya dan tak akan ada bahagia dari yang engkau inginkan.

Sapen, 09.10 AM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Sabtu, 17 Desember 2005"

Post a Comment