Asal Usul Sungai Brantas Dan Buaya Putih


Kamu tahu sungai brantas, sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, konon sungai itu ada penunggunya lho, buaya putih. Entahlah mitos ataupun tidak yang jelas cerita ini menjadi cerita turun temurun.

Sebenarnya cerita tentang keberadaan buaya putih di aliran Sungai Brantas sudah ada sejak zaman kerajaan kuno, juga banyak diceritakan di catatan Belanda ketika awal-awal pembangunan proyek jembatan lama Kediri sekitar tahun 1836-1876 sampai sekarang masih menjadi misteri.

Asal Usul Nama Sungai Brantas

Dahulu kala di Jawa Timur ada sebuah kerajaan besar, Kahuripan namanya. Rajanya bernama Prabu Airlangga, Airlangga ini adalah seorang putra raja di Bali. Saat usia Prabu Airlangga sudah tua, ia ingin menjadi pertapa. Tahta Kerajaan Kahuripan akan di serahkan pada Putri Permaisurinya, Sanggramawijaya, ia putri yang cantik jelita.

Namun Sanggramawijaya menolak, ia memilih menjadi pertapa ketimbang menjadi raja. Sanggramawijaya pun meminta restu pada ayahandanya untuk pertapa di Goa Selomangleng yang berada di Kaki Gunung Klotok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Sanggramawijaya pun mengubah namanya menjadi Dewi Kilisuci.
goa selomangleng tempat pertapa Sanggramawijaya

Prabu Airlangga pun berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir, ia memiliki dua putra dari selir. Kedua Putranya bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Airlangga kebingungan untuk memilih salah satu yang akan di beri tahta Kerajaan Kahuripan.

Prabu Airlangga berusaha mencari jalan keluar yang adil. Ia menyuruh Empu Baradha untuk pergi ke Bali. Empu Baradha disuruh meminta tahta kerajaan milik Ayahanda Prabu Airlangga di Pulau Bali untuk salah satu putranya. Namun, Tahta kerajaan milik ayahanda Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik Prabu Airlangga.

Untuk melaksanakan perintah itu, Empu Baradha terbang sambil membawa Kendi (Teko dari tanah liat) berisi air. Dari angkasa, ia tumpahkan air kendi itu sambil terbang melintas persis di tengah-tengah Kerajaan Kahuripan.

Ajaibnya, Tanah yang terkena tumpahan air Kendi langsung berubah menjadi sungai. Sungai itu semakin besar dan airnya deras. Sungai itu sekarang bernama Sungai Brantas.

Kerajaan Kahuripan pun sekarang terbagi menjadi dua bagian. Batasnya adalah ciptaan Empu Baradha. Prabu Airlangga pun menyerahkan dua bagian dari Kerajaan Kahuripan itu kepada Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Bagian Kerajaan Kahuripan sebelah timur sungai diserahkan kepada Mapanji Garasakan, yang diberi nama Kerajaan Jenggala, sedangkan bagian barat sungai diserahkan kepada Sri Samarawijaya dan kerajaannya diberi nama Kerajaan Panjalu Kadiri yang sekarang Kota Kediri.

Kini tentramlah hati Prabu Airlangga. Ia dengan tenang pergi dari Kerajaan Kahuripan (sebelum terbelah) untuk menjadi seorang pertapa. Prabu Airlangga menjadi pertapa di Pucangan. Ia mengganti namanya menjadi Maharesi Gentayu. Ketika meninggal dunia, Jenazah Prabu Airlangga dimakamkan di lereng Gunung Penanggungan sebelah timur.

Sungai Brantas dihuni Buaya Putih

Sungai brantai yang digunakan lalu lintas air sejak masa Empu Sindok pada masa Mataram Hindu selalu minta korban nyawa manusia. Berulang kali orang tiba-tiba kalap di sungai yang pernah ditumbali oleh Mpu Baradah saat memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua yakni Kerajaan Panjalu dan Jenggala sekitar tahun 1009.



Tidak hanya di sekitar jembatan lama Kediri, ada yang lebih misterius lagi soal buaya putih yang berada di aliran Sungai Brantas wilayah Kecamatan Kras Kabupaten Kediri yang dikenal dengan sebutan 'Badug Seketi'.

Badug Seketi dianggap tempat yang sangat wingit dan angker di daerah Kecamatan Kras. Dari cerita tutur masyarakat setempat, si buaya putih dulu awalnya bersahabat dengan penduduk sekitar. Setiap kali penduduk hajatan dan minta tolong kepada si buaya putih kebutuhan hajatan itu selalu disediakan. Konon buaya tersebut adalah makhluk gaib penunggu sungai Brantas yang hanya menampakkan wujudnya kepada orang-orang tertentu saja.

Terlepas dari benar atau tidaknya tentang buaya putih, di tengah-tengah masyarakat dalam peradaban masyarakat saat ini sering tidak mengindahkan dan bersahabat dengan alamnya lagi. Telah banyak kasus eksploitasi alam untuk kepentingan-kepentingan individu atau kelompok dengan alasan memajukan teknologi. Penambangan pasir salah satunya, sungai brantas menjadi lahan basah bagi penambang pasir, orang-orang sudah tidak mengindahkan keberadaan lingkungannya. 
 
Mungkin inilah salah satunya peran penting cerita masyarakat, termasuk cerita buaya putih penunggu sungai brantas, dibalik mitos yang melegenda ini ada hikmah yang perlu kita petik salah satunya mungkin agar masyarakat mengerti sungai tersebut jangan dirusak, jangan diganggu keberadaannya, biarkan sungai berfungsi sebagai mestinya dan mengalir sampai jauh, kalau di rusak atau ganggu siap-siap buaya putih akan datang. (dikutip dari berbagai sumber)



Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Asal Usul Sungai Brantas Dan Buaya Putih"

  1. Thanks for info, jangan lupa kunjungi website kami https://bit.ly/2NXBPmQ

    ReplyDelete