Aku dan Doel sumbang

Jujur pertama denger lagu Doel Sumbang responku biasa-biasa saja, apalagi lagunya Kalau Bulan Bisa Ngomong tidak ada kesan sama sekali apa mungkin waktu itu aku masih bau kencur ya,  padahal waktu itu kalau tidak salah tahun 90an lagu tersebut buming banget, sampai-sampai dikampungku kalau ada yang hajatan banyak yang nyetel lagu ini.

Awal mula dengerin lagu Doel Sumbang


Sekitar tahun 97' kakakku pulang dari Jakarta membawa tiga buah kaset Doel Sumbang, dua lagu humor yang satu lagu sunda yang judulnya Ema (Edana Manusa), lagu sunda ini lagu terbarunya Doel Sumbang waktu itu, kebetulan waktu itu aku habis beli minicompo jadi lagi seneng-senengnya dengerin musik hahaha...

Foto Doel Sumbang yang aku tiru dengan gitar yang bertuliskan nama beliau hahaha
Pagi-pagi aku setel tuh lagu sunda nya dengan suara agak pelan, ternyata enak juga ya, serasa berada di negara antah barantah, nah yang lagu humornya aku setel pas menjelang tidur, jujur asli ngakak dengernya, apalagi lagunya Ceu Romlah vulgar sangat, lagu Perkawinan, kocak abisss.

Mulai saat itulah aku mulai jatuh hati dengan lagu-lagu Doel Sumbang, setiap punya uang aku langsung berburu kasetnya, sampai-sampai tukang kaset apal banget denganku, hal hasil lebih dari lima puluh koleksi kaset pita lagu Doel Sumbang saya punya dan sampai saat ini kaset tersebut masih ada walaupun ada sebagian yang hilang karena dipinjem gak balik lagi, dan sampai saat ini saya masih mengagumi Doel Sumbang.

Dulu saya sempat punya cita-cita kalau nikah nanti akan mengundang Doel Sumbang dalam acara resepsiku, tapi sayang itu hanya sekedar mimpi disiang hari saja, bagaimana mungkin mengundang Doel Sumbang sedangkan buat nikah saja masih dibantu orangtua dan itu juga hanya ijab kobul saja hehehee... sedih ya, eiiittt... tapi jangan salah dalam acara tersebut full diiringi lagu Doel Sumbang mantap.

Sebagai pengagum Doel Sumbang rasanya tidaklah apdol bila aku belum menulis tentang profil beliau, baru kali ini sempat menulisnya hehehee...

Profil Doel Sumbang

"Dua puluh lima tahun yang lalu, di Bandung berlangsung pernikahan sederhana, antara lelaki bernama Afandi Apin dan perempuan bernama Popon Heryani. Afandi Apin adalah putra sulung dari bapak Apin Amsari dan ibu Entang, Popon Heryani adalah putri sulung dari bapak Unji Hidayat dan Ibu Onah, mereka hidup pas-pasan bahkan tak jarang mereka menderita kekurangan, rumah berdinding bilik berpagar bambu, namun mereka tabah menjalaninya......"


Begitulah sebagian lirik lagu Si Gendut Bandel yang dinyanyikan dan ciptakan Doel Sumbang sendiri, entah lagu ini mencerminkan sosok beliau atau hanya sekedar imajinasinya saja, namun terlepas dari itu Doel memang dikenal dengan musisi yang giat menyuarakan kritikan sosial, bahkan ketika diwawancari Syahnaz Haq di salah satu radio di Jakarta, Ia mengungkapkan sudah tidak terhitung lagi keluar masuk penjara, bahkan sampai-sampai ada lagunya yang judulnya "Sono ka Kodim" ini mencerminkan bahwa Doel saking seringnya keluar masuk bui.

Pria bertubuh tambun itu bernama asli Wahyu Affandi atau lebih dikenal dengan Doel Sumbang lahir di Bandung, Jawa Barat, 16 Mei 1963 adalah seorang musisi asal Jawa Barat, mengawali karier di dunia teater pada "teater Remy Silado", dari sanalah ia mendapatkan nama julukan "Doel", nama "Sumbang" dikaitkan dengan lagu-lagunya yang nyeleneh, vulgar, tengil.

Ia juga dikenal lewat duetnya dengan Nini Carlina lewat lagu Kalau Bulan Bisa Ngomong, Aku Cinta Kamu dan Rindu Aku Rindu Kamu serta duetnya dengan Ikko lewat lagu Cuma Kamu. Doel Sumbang juga terkenal sebagai musisi Sunda yang terkenal.

Ia kerap menyanyikan lagu tentang kehidupan-kehidupan di sekitar Sunda. Apalagi lagunya yang bertemakan nama tempat atau tempat wisata seperti lagu Talaga Patenggang, Bulan Batu Hiu, Pangandaran, Bandung, Sumedang, Talaga Remis dan sebagainya sangat menyentuh hati.

Doel lahir dan dibesarkan dalam keluarga santri yang agamis. Ayahnya yang dikenal dengan sebutan "Abah Kabayan" adalah seorang Muballig di Kota Bandung. Ia mulai bersentuhan dengan dunia seni khususnya seni musik dan teater saat duduk di bangku SMP. Ia menimba ilmu pada sastrawan nyentrik, Remy Sylado.

Sejak itu, Doel mulai menuangkan imajinasinya menjadi lirik-lirik lagu yang sarat akan kritik sosial. Tema yang pada saat itu bisa dibilang belum banyak diangkat. Syair-syair yang digunakan pun sederhana dan merakyat. Keunikan itulah yang kemudian mengundang ketertarikan dari seorang produser bernama Handoko Kusumo. Ia berminat merekam karya-karya Doel. Hingga pada akhirnya, Doel berhasil mengorbit di kancah musik tanah air sekitar tahun 80-an.

Handoko juga yang menyematkan kata Sumbang di belakang nama Doel. ’Sumbang’ di sini bisa dimaknai sebagai suara kritik terhadap sistem maupun budaya, meski liriknya jenaka namun mengandung kritikan yang cerdas. Kecerdasan kritik seorang Doel Sumbang dapat didengar lewat lagu Perkawinan, SLA Gila, Aku si Raja Goda, Suparti, Martini, Sakit Jiwa, dan masih banyak lagi.

Ada pula lagu berjudul Aku, Tikus, dan Kucing, yang secara khusus diciptakannya untuk menyentil perilaku gadis zaman sekarang hingga kondisi kampung halamannya, Bandung, tempat ia lahir dan dibesarkan.

Pada pertengahan tahun 2000-an nama Doel Sumbang sempat tenggelam. Ketika dikonfirmasi dalam sebuah kesempatan ia pun memberikan alasannya. "Soalnya sekarang ribuan band ada di Indonesia. Makanya saya belum memutuskan untuk masuk kancah. Saya belum melihat dunia musik di Indonesia itu ada darahnya. Dunia musik di Indonesia itu masih pucat. Nanti kalau saya sudah menemukan ada band yang bisa saya bilang darah di dunia musik Indonesia, saya mau bagian dari darah itu," jelasnya seperti dikutip dari situs kapanlagi.com.

Meski demikian, bukan berarti ia sama sekali meninggalkan dunia yang telah membesarkan namanya itu sebab ia masih menggarap lagu-lagu lama miliknya. Jika bicara soal eksistensinya sebagai penyanyi, ia merasa produktivitas tak hanya dinilai dari banyaknya ia tampil namun terlebih dari ide yang muncul dan semangatnya untuk terus berkarya.

"Meski kita dibilang hilang, tapi tetap berkarya. Seumuran saya ini nggak cuma harus narsis, tapi lebih ke aktualisasi dan mau jadi apa sih kita ini?" ucap Doel, saat menghadiri acara musikalisasi puisi Remmy Soetansyah di Gedung Arsip, Gajah Mada, Jakarta Pusat, 14 Agustus 2009.

Doel Sumbang muncul kembali pertengahan tahun 2016 dan meramaikan industri musik lewat single berjudul Jangan Hakimi Hatiku karya Dose Hudaya. Ini kali pertama bagi Doel menyanyikan lagu orang lain setelah 30 tahun berkarya. Namun Doel mengklaim lagu ini sangat mencerminkan dirinya.

"Lagu Jangan Hakimi Hatiku sangat Doel Sumbang. Ada nuansa Arti Kehidupan. Lagu Jangan Hakimi Hatiku, oleh Pak Dose Hudaya memang dibuat khusus untuk saya, segalanya disesuaikan dengan karakter vokal, warna vokal dan style bernyanyi saya," papar Doel Sumbang seperti di kutip kapanlagi.com.

Sayang padahal sosok Doel Sumbang yang mempunyai suara khas kebapaan punya potensi besar terhadap lagu sundanya yang notabene adalah fans beratnya, lagu bertema cinta berbahasa indonesia saya rasa Doel sudah kalah bersaing dengan penyanyi-penyanyi kekinian, karena Doel Sumbang identik dengan sunda sudah sewajarnya Ia kembali ke asal, lagu yang bertemakan kesundaan beliau saya rasa akan dikangenin oleh masyarakat sunda.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aku dan Doel sumbang"

Post a Comment