Coretanku # Rabu, 05 Oktober 2005 pukul 04.57 am


Ketika saya terbangun dari lelap tidurku, hayalanku pun hanyut bersama perempuan berwajah ayu itu. Sekonyong-konyong wajah itulah yang pertama hadir dalam lembaran baru hariku. Bukan orangtua, bukan kakakku, bukan nenekku, bukan kakekku, bukan pula orang yang dekat dalam keseharianku. Justru perempuan berwajah ayu itulah yang tak kusangka-sangka hadir saat mata ini pertama membuka. 

Ah, sungguh merisaukan. Keadaan ini pun semakin rapuh, ketiadaan untuk menumbuhkan keberanian sungguh sangat kecil saya utarakan, sebab bagi saya adalah suatu momok jika saya menjadi pengemis hanya sekedar untuk terbalasnya rindu. Jadi, harus pandai-pandailah hati ini menutup rapat-rapat agar mereka yang berada di sekelilingku tidak mengetahuinya, dan hati pun ini akan saya kunci dan kunci itu akan saya buang ke dasar lautan agar mereka semua tidak mengetahuinya apa yang sedang saya alami sekarang.

Badan ini sengaja saya manjakan beberapa menit saja, saya berjalan dengan malasnya menuju kamar mandi sekedar cuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk yang mulai merasuk. Dan kemudian daripada itu pula saya melakukan ritual sebagai seorang hamba yang taat beribadah, yang mempunyai keyakinan pada sang Ilahi. Sebagai muslim sejati puasa pertama haruslah bersemangat, karena ini adalah langkah awal pembentukan kebiasaan.

Sekarang saya ingin bersua dengan perempuan berwajah ayu itu, tetapi apa yang saya lakukan hanyalah sekedar mengenangnya tidak dapat melihat secara langsung, sebab hari ini terlalu pagi untuk pergi ke halaman kampus. Kuharap siang ini saya bersua kembali dengannya walaupun hanya sekedar bertatap wajah. Ini cukup untuk sekedar obat pelipur lara.

Ternyata betapa dahsyatnya keinginan hati ini hanya untuk bertemu dengannya. Kini dengan sadar kuakui bahwa hati ini menunjukan perhatian khusus baginya, walaupun perehatian khusus itu, hanya sekedar sebuah perasaan. Bukan atas nama sebuah nafsu, melainkan murni atas nama rindu dan keinginan. Bukankah seorang bujang biasanya hanya mengumbar-umbar kata-katanya hanya untuk mendapatkan perhatian dari seorang yang diinginkanya? Itu bukan tipe dari salah satu caraku untuk mendapatkan semuanya. Saya masih mempunyai batasan tertentu sebagai seorang yang terpelajar, kuyakin dengan kecerdasan perempuan akan memberikan repon yang positif jika kita memberikan yang terbaik bukan yang terbaik dari materi. Kuharap ini sebagai pondasi langkah awal saya sebagai pengembara cinta bukan berarti saya budak nafsu, itu tak ada dalam kamus alamiah dasarku.

Bukan tanpa maksud saya menggoreskan pena di atas kertas putih ini, melainkan sebuah pelampiasan kesaksian bisu yang hanyut bersama gema azdan subuh yang berkumandang di surau tua itu. Sampai sekarang bayang wajahnya masih tetap berada dalam relung nafasku. Padahal saya mencoba untuk berpaling barang sejenak dari wajahnya, tetapi semua itu tidaklah mampu mengusirnya, malah sebaliknya keinginan hasrat untuk bersua semakin tinggi dan sekan-akan hati ini berkeingian siang dipercepat dan perkulihan dimulai. Saya seperti musyafir yang kehilangan peta perjalan. O, sungguh kasihan diriku ini.

Akankah semua kegelisahan dan kegundahan hati ini, dia pun merasakannya? Saat ini saya menarik nafas dalam-dalam, sedalam membuang kerinduan yang ada padanya. Saya tahu semua perasaan ini adalah kegelisahan sementara ataupun kekacauan seketika saat kekosongan yang ada pada waktuku saja, bukan melainkan yang seutuhnya.

Jujur, masih saya ingat dalam pelupuk mata bahkan dalam lubuh hati ini, wajah ayu itu masih melekat dan seakan tidak akan pergi dengan waktu luang yang begitu panjang. Entah, selepas tidur ini saya mampu untuk melupakannya, ataupun selepas saya mandi besar, atau sekalu pun setelah saya bersua dengannya, rasa itu akan hilang? Tidak, perasaan bukanlah ketok magis, yang dengan gampangnya membalikkan telapak tangan. Ini adalah sebuah perjuangan kerja keras yang menuntut pengorbanan walaupun pengorbanan disini bukanlah pengorbana fisik melainkan pengorbanan perasaanitu sendiri.

Kuharap hari yang mulai merangkak pagi ini, dan matahari yang sebentar lagi akan masuk sinarnya ke calah bilik kecilku, dia mengingatku. Sebab, jika seandainya hanya sayalah yang merindukanya tanpa ada umpan balik darinya, semua ini sungguh kerugian bagi pengorbananku. Bermaksud dengan tidak menyinggung perasaanya saya sampaikan pada pagi ini, bahwa saya tak mampu melupakan barang sedetikpun wajahnya.
Untukmu perempuan wajah ayu, semoga pagi ini engkau mendapatkan sesuatu yang engkau capai seperti keinginan diriku ini, bersua denganmu. Semoga Tuhan memberkati. Amie...... n

Sapen, 04.57 AM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Rabu, 05 Oktober 2005 pukul 04.57 am "

Post a Comment