Engkau percaya? Daku adalah seorang yang mempunyai empedu dalam kalbu ini? Apakah engkau ragu dalam menganalisisku, atau semuanya ini adalah sebuah ketakutan yang sangat, hingga melanda kalbumu?
Sampai-sampai engkau gugup akan bertatap raut muka denganku, rasanya diri ini adalah sebuah monster yang menakutkan yang menurut pandangan engkau akan menerkam seleuruh tubuhmu. Bila semua itu engkau prasangkakan pada diri ini, adalah sebuah fitnah yang akan engkau bayar mahal kelak di akherat nanti. Saya yakin engkau adalah seorang yang intelek, yang akan mampu melakukan sebuah penelitian dari hasil coba rekayasa referensimu. Cobalah berpikir jernih, matangkan kedewasaanmu, mintalah perlindungan agar engkau dijauhkan dari sifat berprasangka buruk pada mahluk yang empunya alam ini.
Jauhkanlah dari sempitnya cara berpikirmu dalam arti kerinduan. Bukan tanpa maksud engkau membenci daku, tapi inilah sebuah bukti yang sekarang saya rasakan penuh dengan gejolak asmara yang terpendam. Kiranya mimpi bersamamu saya tak akan mampu, dan tak akan terlaksankan sampai maut diujung tanduk sekalipu, bila pikiranmu sepicik itu menilai arti cinta terhadapku.
Apapun yang saya perbuat adalah sebuah ketololan di hadapanmu, yang engkau anggap adaalh kesalahan besar yang tak terampuni. Bila boleh berputar pada hakiki kehidupan, jika sekiranya engkau dalam posisiku, saya yakin engkau akan melakukan hal yang sama seperti yang akan saya lakukan, tetapi tidak untuk membencimu, namun merindukanmu adalah sebuah kedunguan. Tak akan kubiarkan hati ini sedikitpun untuk menyentuhmu, sebab hatimu adalah sekeras-kerasnya batu, jika yang saya perbuat adalah yang lemah, tidak akan sampai kiamat tiba pun saya sudah akan menghuni pemakaman.
Berpose bukanlah hal yang terlarang, bukan pula hal yang dikutuk oleh Tuhan, adalah sebuah keindahan yang patut engkau jadi sebagai karunia dari keindahan yang diberikan oleh-Nya. Bukankah Tuhan sendiri adalah indah.
Malam ini mata daku sangat berat untuk menatap hari esok, bukan berarti fesimis melainkan ada semacam guratan yang harus saya tempuh dalam jangka waktu yang tepat. Saya adalah manusia biasa yang tak akan kuat bila hati yang lunak ini terus engkau siksa dengan perasaan rindu dendam akan keteledoranku. Engkau terlalu egois untuk menjadi seorang wanita, bahkan sangat terlalu, kuakui semuanya. Dada ini terasa nyeri bila mengenang masa-masa itu, engkau begitu narsis dihadapanku saat diri ini lemah tak berdaya akan keangkuhan yang engkau punya. Biarlah saat ini daku menagis sejadi-jadinya, mungkin esok atau lusa engkau akan tahu bahwa diriku tak pantas engkau sia-siakan.
Daku bukanlah dewa ataupun malaikat, yang harus tabah bila menghadapi hujatan pada perasaan. Engkau akan mengerti jika sekiranya pada saat itu berada dibawah titik kejenuhan, engkau akan menangis darah, akan mati kelemahan bila sejuta cacian menghujan dada yang sudah bolong ini.
Teruntuk perempuan berwajah ayu, engkaulah sebuah bisikan dalam naluri hutan belantara, engkau menjadi peta dalam keseatanku, jika sekiranya engkau punya niatan untuk segera memperbaiki hati yang sudah tergores ini, lakukanlah sebelum semuanya terlambat dan berakhir
Engkau akan daku sayang seutuhnya bila semuanya berjalan lanjar selancar jingga merah menelusup di balik bilik kecil ini.
Sapen, 21.40 PM WIB
0 Response to "Coretanku # Jum’at, 02 Desember 2005 pukul 21.40 pm"
Post a Comment