Sedari tadi, selepas tidur sekonyong-konyong saya kembali seperti semula. Merindukan seseorang tanpa ada alasan, menemukan arti dari pandangan pertama. Ah, haruskah saya buang rasa itu jauh-jauh seperti membuang kotoran saya.
Perempuan berwajah ayukah yang saya sekarang rindukan? Tepat sekali, saya mendadak menjadi seorang yang egois, tak ingin mendengarkan pituah dari orang lain, sahabat, kerabat, orangtua, bahkan Tuhanku sekalian. Saya menjadi seorang yang hebat seperti super hero, dan menganggap orang lain adalah hal biasa, dan sejarah cerita sayalah yang snagat memuaskan. Memang seperti itukah seorang yang sedang dimabuk dengan kerinduan terhadap seorang perempuan, dimabuk asmara?
Perasaan itu jauh berada di dalam lubuk hati dan diolah menuju puncak susunan syaraf, dan akan membius pikiran kita untuk selamanya dan akan menjadi candu seperti narkoba, jika seandanya kita tidak pintar-pintar memilahnya. Akankah perasaan saya ini dimabuk seperti pemakai narkoba. Betapa hebat gejolak merindu ini pada bidadari sang ciptaanya, susunan syaraf saya begitu hebat menganggali celah-celah ruang kosong hanya sekedar keinginan bersua dengan perempuan itu.
Giat saya menemukan kembali hati cerah dalam menjalani hidup. Kadang saya meragukan pada kehadiran khayalan itu, seolah saya menjadi budak sebuah pikiran tanpa ada sesuatu yang membuat saya bangun dan bangkit. O, kiranya Tuhan mencoba hambanya dengan membuang pikirannya sendiri.
Haruskah saya mengatakan di hadapan perempuan itu, bahwa saya merindukanya dan mencintainya? Atau saya datang langsung ke rumahnya dan berkata pada kedua orangtuanya bahwa saya menginginkan ada ikatan antara saya dan dia, meminang?
Saya menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya pun dalam-dalam pula seolah-seolah ada beban tersendiri yang harus saya keluarkan dengan bercerita tentang keadaan hati ini terhadap orang yang dianggap saya pintar menyembunyikansebuah rahasiah. Serasa berat perasaan ini tanpa dia mengetahuinya, sesak.
Kucuci muka yang berbentuk oval ini dengan air keran dengna harapan hayalan itu hilang dengan sendirinya, tanpa harus saya usir. Dan harapan itu pun sedikit menghampiriku, bayangan wayahnya sedikit demi sedikit berangsur mulai hilang dalam pelupuk ingatanku, tapi tidaklah untuk semuanya, saya membuang khayalan itu suatu saat saya akan memerlukanya untuk mengenang bahwa diri ini adalah pernah melakukan hal yang dicintai Allah, yaitu menyayangi hambanya.
Perempuan berwajah ayu, akankah jauh dalam hatimu memiliki rasa merindu terhadapku seperti yang sekarang saya alami?
Semoga hari ini sepertiyang saya pinta, kau merindukanku.
Sapen, 04.10 am wib
0 Response to "Coretanku # Minggu, 09 Oktober 2005 pukul 04.10 am"
Post a Comment