Coretanku # Rabu, 05 Oktober 2005 pukul 03.30 am

Hari ini, saya merasa bahwa diri ini menjadi seorang yang sangat dungu. Lebih dungu dari kambing conge atau kerbau kampung yang dipapah oleh pengembala. Saya benci dengan semuanya. Orang-orang di sekelilingku seolah mencibirku penuh penghinaan semua ini atas kelemahanku, dalihnya, apalagi dengan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai orang intelektual, mereka mencampakanku, tidak melihat dari sudut lain kelebihanku. Seakan merekalah orang yang paling mampu. Memang, di dunia hukum rimba haruslah ditanamkan dalam jiwa lemahku, siapa yang lemah dialah yang tersingkirkan, siapa yang kuat dialah yang akan bertahan dan mengangkat bahu, membusungkan dada. Sungguh malang oraang-orang seperti itu.
 
Atauran hukum atau pun hinaan, justru itu akan berlaku jika sekiranya seseorang telah melakukan kebencian terhadap kawan atau kerabat. Mereka, tak akan mengerti semuanya, seolah bagi mereka menyelemi lautan cukup dengan melihat wujud fisik. 
 
Saya tidak tahu bagaimana mengabarkan bahwa diri ini adalah bukan seorang yang narsis. Mereka menganggap diriku sebagai bahan pelengkap dari kebutuhan setiap intelektual yang dia punya. 

Suatu saat akan saya buktikan bahwa sayalah yang terbaik di antara yang terbaik walaupun itu bisa dikatakan ambisi tak beralasan. Ini bukan masalah keaiban atas ketololanku, tetapi suatu bentuk pengajaran yang tak masuk diakal, dengan dalih profesional dalam aturan main, ternyata yang membuat aturan main tersebut lebih gilanya daripada Nazi. O, semoga kelak engkau tidak mendapatkan azab pedih dari yang empunya alam ini.
 
Seperti biasa siang itu masih menyimpan suasana panas dalam ruangan yang membosankan itu. Jam-jam seperti itulah saya lalui dengan mendengarkan ocehan dosen, menghitung median, modus dan entah apa lagi istilah yang beliau pakai dalam pengajaran. Pertama saya dalam ruangan atas, saya tidak menemukan perempuan itu. Namun, bukan diriku yang memberikan kegembiraan tetapi hanyaTuhanlah yang tahu bahwa perempuan itu harus melihat wajahku yang berseri. kiranyaTuhan mengerti dalam detik itu
 
Bagaimana tidak seorang pecinta tidak dihargai oleh orang yang dipujanya. Saya berpapasan dengan perempuan berwajah ayu itu, tapi apa yang saya dapat dari perjumpaan itu? Hanya sebuah ocehan yang tidak selayaknya dia ucapkan. Dia sangat tidak menghargai atas kemaskulinanku, bahwa seorangyang dia pandang bukanlah pria yang mempunyai kelebihan. Itulah yang saya ketahui dariucapanya yang sungguh tidak mengenakan di hati.
 
Dalam kelas, pandanganku sempat dan bisa dikatakan sering berpapasan dengannya. Namun dengan senyumkaku saya melemparkan dia.
 
Untuk perempuan berwajah ayu, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, hatiku mulai tidak menginginkan kehadiran dirimu dalam hati ini walaupun kehadiranmu hanya sebagai tamu. Kau coreng arang dalam mukaku walaupun itu hanya sebuah arang yangtak berwarna hitam, yang jelas begai seorang pria yangmempunyai nurani ini adalah sebuah hinaan

Sapen, 03.30 AM WIB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Rabu, 05 Oktober 2005 pukul 03.30 am"

Post a Comment