Dunia Maya, Dunia Nyata dan Anakku

Entahlah...semenjak kejadian itu, malam itu semuanya berubah. Tuhan itu penuh misteri mampu membolak balikan hati manusia dengan sekejap, dan aku, anakku, istriku... ah

Suatu hari aku bersenggolan dengan seseorang yang tidak aku kenal. “Oh, maafkan saya,” reaksi spontanku Ia juga berkata: “Maafkan saya juga.” Orang itu dan aku berlaku sangat sopan. Kami pun berpisah dan mengucapkan salam.

Namun cerita jadi lain, begitu sampai di rumah
Pada hari itu juga, saat aku sedang menelpon salah satu kolega terbaikku, dengan bahasa sangat lembut dan santun untuk meraih simpati kolegaku itu, tiba-tiba anak lelakiku berdiri diam-diam di belakangku. Saat aku berbalik, hampir saja membuatnya jatuh.
"Minggir!!! Main sana, ganggu saja!!!" hardikku dengan marah. Ia pun pergi dengan hati hancur dan merajuk.

Malam itu terdengar bisikan
Aku berbaring di tempat tidur malam itu, sekedar untuk merebahkan badan, lelah yang aku rasakan disiang hari kini mulai terasa. Angin berhembus dicelah jendela, terdengar mendesis, perlahan menerpaku, kurasakan badanku mulai dingin. Pelan dan halus, Tuhan berbisik,
 
"Akan kusuruh malaikat menyabut nyawamu dan mengambil hidupmu sekarang, namun sebelumnya, aku akan izinkan kau melihat lorong waktu sesudah kematianmu. Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan. Tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-wenang, akan kuperlihatkan setelah kematianmu hari ini, bagaimana keadaan atasanmu, kolegamu, sahabat dunia mayamu, serta keadaan keluargamu"

Lorong waktu
Lalu aku pun melihat, hari itu saat jenazahku masih diletakkan di ruang keluarga, hanya satu orang sahabat dunia mayaku yang datang, selebihnya hanya mendoakan lewat grup, bahkan juga ada yang tidak komentar apapun atas kepergianku, dan ada yang hanya menulis 3 huruf singkat, 'RIP'.

Teman-temanku sekantor, hampir semua datang, sekejap melihat jenazahku, lalu mereka asik foto-foto dan mengobrol, bahkan ada yg asik membicarakan aibku sambil tersenyum-senyum. Bos yang aku hormati, hanya datang sebentar, melihat jenazahku dalam hitungan menit langsung pulang. Dan kolegaku, tidak ada satupun dari mereka yang aku lihat.

Kulihat anak-anakku menangis dipangkuan istriku, yang kecil berusaha menggapai-gapai jenazahku meminta aku bangun, namun istriku menghalaunya. 
Istriku pingsan berkali-kali, aku tidak pernah melihat dia sekacau itu. Teringat betapa sering aku acuhkan panggilannya yang mengajakku mengobrol, aku selalu sibuk dengan hpku, dengan kolega-kolega dan teman-teman dunia mayaku, lalu aku lihat anak-anakku. Sering kuhardik dan kubentak mereka saat aku sedang asik dengan ponselku, saat aku nonton sepak bola, saat mereka ribut meminta ku temani maen game. Oh Ya Allah.. Maafkan aku.

Hari ke 7 sejak aku tiada
Tujuh hari sejak kematianku, teman-teman sudah melupakanku, sampai detik ini aku tidak mendengar mendapatkan doa mereka untukku, perusahaan telah menggantiku dengan karyawan lain, teman-teman dunia maya masih sibuk dengan lelucon-lelucon digrup, tanpa ada yg mebahasku ataupun bersedih terhadap ketiadaanku di grup mereka.

Namun, aku melihat istriku masih pucat dan menangis, airmatanya selalu menetes saat anak-anakku bertanya dimana ayah mereka? Aku melihat dia begitu lunglai dan pucat, kemana gairahmu istriku?
Oh Ya Allah Maafkan aku..

Hari ke 40 sejak aku tiada
Teman pesbuk ku lenyap secara drastis, semua memutuskan pertemanan denganku, seolah tidak ingin lagi melihat kenanganku semasa hidup, bosku, teman-teman kerja, tidak ada satupun yang mengunjungiku kekuburan ataupun sekedar mengirimkan doa.

Lalu kulihat keluargaku, istriku sudah bisa tersenyum, tapi tatapannya masih kosong, anak-anak masih ribut menanyakan kapan ayahnya pulang, yang paling kecil yang paling kusayang, masih selalu menungguku dijendela, menantikan aku datang hanya untuk menunggu kapan maen game.

15 tahun berlalu
Kulihat istriku menyiapkan makanan untuk anak-anakku, sudah mulai keliatan guratan tua dan lelah diwajahnya, dia tidak pernah lupa mengingatkan anak-anak bahwa ini hari jumat, jangan lupa kekuburan ayah, jangan lupa berdoa setiap sholat, lalu aku membaca tulisan disecarik kertas milik putraku yang paling bungsu malam itu, dia menulis.. "Seandainya saja aku punya ayah, pasti hari ini aku akan diantar, disuapi, ditemani maen game, dan tidak akan aku lihat umi sakit-sakitan mencari nafkah seorang diri buat kami, oh Ya Allah.. Kenapa Kau ambil ayahku, aku butuh ayahku Ya Allah.." kertas itu basah, pasti karena airmatanya..

Ya Allah maafkanlah aku..

Sampai bertahun-tahun anak-anak dan istriku pun masih terus mendoakanku setelah sholat, agar aku selalu berbahagia diakherat sana.

Lalu seketika,, aku terbangun.. Dan terjatuh dari dipan.. Oh Ya Allah Alhamdulillah.. Ternyata aku cuma bermimpi..

Pelan-pelan aku pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, masih aku lihat airmata disudut matanya, kasihan sekali, terlalu kencang aku menghardik mereka..

“Anakku, ayah sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu.“Si kecilku pun terbangun dan berkata, “Oh ayah, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”

“Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar mencintaimu, maafkan aku anakku” Dan kupeluk anakku. Kuciumi pipi dan keningnya.

Lalu kulihat istriku tertidur, istriku yang sapaannya sering kuacuhkan, ajakannya bicara sering kali aku sengaja berpura-pura tidak mendengarnya, bahkan pesan-pesan darinya sering aku anggap tak bermakna, maafkan aku istriku, maafkan aku.

Air mataku tak bisaku bendung lagi
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan di mana kita bekerja akan dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? 
Teman-teman akan melupakan kita sebagai cerita yang sudah berakhir, beberapa masih menceritakan aib-aib yang tidak sengaja kita lakukan. 
Teman-teman dunia maya pun tak pernah membahas lagi seolah, aku tidak pernah mengisi hari-hari mereka sebagai badut di grup.

Lalu aku rebahkan diri disamping istriku, ponselku masih terus bergetar, berpuluh puluh notifikasi masuk menyapaku, menggelitik untuk aku buka, tapi tidak.. tidak..

Aku matikan ponselku dan aku pejamkan mata, maaf.. bukan kalian yang akan membawaku ke surga, bukan kalian yang akan menolongku dari api neraka, tapi ini dia.. Keluargaku..keluarga yang jika kita tinggalkan akan merasakan kehilangan sekali. 

Cintailah mereka setulus hati, berilah mereka perhatian karena mereka sudah menjadi sebuah tanggung jawab. Tidak perlu menunggu kaya untuk menambah keharmonisan dalam berkeluarga. Berikanlah apa yang bisa diberikan kepada mereka, walau hanya sekedar berkumpul bersama dan melihat wajah-wajah ceria dari keluarga kita. (dikutip dari berbagai sumber, dan diuraikan kembali)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dunia Maya, Dunia Nyata dan Anakku"

Post a Comment