SESAL # 1 Surat dari Kalimantan

    Surat pendek ini, sebenarnya sudah saya tulis beberapa hari yang lalu, sehari setelah mendengar kabar sahabatmu itu pergi dan tak kan kembali. Dan telegram darimu Alhamdulillah sudah saya terima. Dan baru saya kabarkan diri ini lewat surat yang sederhana ini. Alhamdulillah berkat doa engkau dan istrimu, saya sudah sampai di tujuan. Lelah, tak apalah, ini memang sudah jadi suatu pekerjaanku. Semoga Allah memberkati apa yang kita lakukan.
    
Maksud yang engkau terangkan dalam ceritamu itu adalah hikayat hidup seorang pemuda yang dirundum asmara dan dimabuk cinta. Sebenarnya cerita semacam ini sangatlah biasa, tetapi setelah mendengar cerita darimu, sangat lain dan menurutku sangat menjadi luar biasa, apalagi akhir dari ceritamu itu adalah sebuah kematian yang sangat mulia, meninggal saat mendambakan kehadiran Ilahi Robbi. Sungguh sangat merawankan pikiran mendebarkan jantung, hikayat ini memberikan air mata terus mengalir bagai sungai Mahakam yang sekarang saya pandangi, riak gelombang dan derasnya membuat dada ini bergemuruh untuk tetap tidak memberikan ruang untuknya, hanya pandangan datar yang mampu saya telusuri dengan harapan cinta dan kerinduan tetap ada dalam diri ini. Ah sahabatku, sungguh sepulang dari tempat singgahmu, ceritamu itu terus melekat dalam ingatan, adakah seseorang yang merasakan sepedih itu dalam kehidupan sahabatmu itu? Malangkah ia, atau terkutukkah ia? Semoga Allah mengampuni hambanya yang lemah ini.

   Kuharap engkau maklum, kukejar dalam hitungan hari ceritamu dan itu sungguh pekerjaan yang sangat menguras pikiran. Namun demi membahagiakan sahabatku yaitu engkau, saya rela berhari-hari hanya untuk memberikan yang terbaik untukmu.

    Pekerjaan ini buat diriku sungguh adalah sebuah kegiatan yang sangat mudah, tapi tidak untuk mengarang naskah cerita darimu. Dalam saya menulis, air mataku terus berjatuhan. Sungguh seakan diri ini berada dalam keadaan sahabatmu itu, dan kekasih yang merintih, berharap cinta dari sahabatmu itu, saya ibaratkan adalah istriku. Ah, sahabatku sungguh saya sangat berterima kasih engkau telah membukakan pintu hatiku untuk selalu mencintai dan menyayangi istriku.

    Setelah kepulangan saya dari tugas di Kalimantan Timur. Setiba di rumah naskah ini saya sodorkan ke hadapan istriku, saat setelah salat subuh. Dengan khidmat beliau baca satu paragraf, dua paragraf sampai lembaran terakhir. Apa yang terjadi pada istriku saat itu? Sungguh saya tak mengira, istriku begitu terharunya air matanya mengalir deras, kain sajadah yang beliau hamparkan terembab dalam deraian. Saya melihat dari kejauhan. Kuhampiri dan kupeluk istriku tercinta dengan kasih sayangku, seperti kekasih sahabatmu yang merintih. O, sungguh cerita ini membukakan pintu hati dan pancaran sinar yang menembus dalam relung hatiku. Istriku semakin sayang terhadapku begitupun saya demikian.

    Andai kita telusuri pencintaan seorang pemuda jaman modern ini, sesungguhnya tak luput dari seputar hiasan fisik, hanya hawa nafsu yang ia geluti. Walau kejutan sebenarnya setelah melakukan hal semacam itu, yaitu kutukan yang tiba menyertainya, seperti sahabatmu itu. Semoga dalam hal ini adalah langkah awal kita dalam mengarungi perjalanan hidup yang sebentar ini.

    Saya lebih setuju dengan perkataan saudara almarhum, bahwa sebuah proses akan lebih mengharukan daripada kenyataan yang sekalipun ada dalam hadapan kita, karena hidup adalah proses menuju tragedi yaitu kematian.

    Sahabat, dengan hati yang bersih, dan niatan yang bulat kukirimkan beberapa lembar naskah ini padamu, sebagai janji saya terhadapmu saat kita bercengkrama di serambi surau itu. Semoga naskah ini bermanfaat untukmu dan sahabatmu di alam sana. Insyaallah kelak bila naskah ini sudah berubah menjadi sebuah yang kau harapkan, saya berharap engkau tak usah memberikan kabar tentang diriku yang sebenarnya terhadap keluarga sahabatmu itu, dan sebagai penghasilannya berikanlah kepada orang yang membutuhkannya. Semoga engkau masih sahabatku yang saya perhitungkan dalam berjanji.
Sahabatmu

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SESAL # 1 Surat dari Kalimantan"

Post a Comment