Coretanku # Jum’at, 07 Oktober 2005

Hari ini diawali dengan rasa cinta. Mulai dari tidur sampai bangun, mulai dari memejamkan mata sampai membukanya kembali, saya coba lalui hidup ini dengan segenap perasaanku, yaitu cinta dan kasih sayang. O, ternyata terasa berat untuk melakukanya. Namun kadang saya merasakan bahwa diri ini sendiri di tengah kerumunan para mahasiswa dan kadang kesendirian ini, saya lewatkan hari-hari bersama sepi. Ya, sepi. 

Saya sering merasakan seperti itu, dunia seakan bukan lagi milikku, bukan lagi peredaran darah merahku, bukan lagi menjadi sebuah permainan yang menarik hati, seperti permainan sewaktu kecil. Petak umpet, galah, main kelereng, dan perang-perangan. Tapi sering kulalui hidup ini terasa sepi, seperti  berada di istana kuburan. Permainan kecilku cukup menarik. Saya sewaktu kecil bercita-cita ingin seperti tokoh terkenal seperti bapak Soekarno, seorang diplomat yang berintelek yang disegani diseluruh dunia. Tetapi setelah saya sering main perang-perang, cita-cita  saya beralih ingin menjadi ABRI kalau sekarang TNI. Tapi sudahlah, ini hanya kisah kenangan masa kecilku saja, nanti saja saya ceritakan secara detail. Sekarang ini saya inginmengungkapkan perasaan saja. Cukup.
 
Dengan tidak bermaksud untuk berprasangka buruk terhadap Tuhanku, jujur saya akui bahwa diri ini kadang seperti orang yang tolol di hadapan budak hamba-Nya. Terlalu hinakah saya mengatakan hal seperti itu? Berucap seenak udelnya. Kulewati kemarin dan hari ini, tanpa perempuan berwajah ayu, konon katanya perempuan itu hanya mampu berkomunikasi dengan dirinya sendiri, dalam artian sahabat-sahabat dekat menganggap dirinya bagai seorang yang narsis. Memang dia lebih suka memberikan posisinya lebih dari orang lain. Menganggap bahwa orang lain lebih randah darinya, tapi anggapan saya bukan sifatnya yang membentuk karakter dirinya seperti itu, melainkan keluarga mendukung dengan alasan itu.
 
Dua hari saya tidak berjumpa dengannya. Ada rasa rindu dalam hati kecil ini, namun secepat kilatpun saya palingkan kerinduan ini pada orang yang lebih mengasihiku. Bukan saya akan melupakannya, melainkan hati ini berpikir terus dalam relungan hati yang hampa. Dalam jiwa ini, sadar tidak sadar telah terbentuk dalam hayalannya. Rasa emosi lebih tinggi ketimbang rasa keindahan dalam hidup, nestapa kadang datang seperti angin berhembus dan menjauh, tapi cukup buatku suatu saat angin itu akan saya buat sesuatu yang berguna untuk keindahan.
 
Malam ini, bulan tak nampak, bintangpun juga, mungkin hari ini bukan tanggal empat belas, atau mendekati tanggal tersebut. Ternyata hari ini tanggal muda, tanggal dimana dinanti-nanti oleh para mahasiswa, uang kiriman. O, saya suka dikirim oleh orangtuaku, jauh untuk bekal hidup sementara di sebuah nagari yang asing ini. Kadang kiriman itu telat hampir satu bulan penuh. Jalan alternatif pinjam dulu pada sahabat. Ah, membosankan, hidup tergantung pada orang lain. Walaupun pada orangtuaku sendiri.  Saya ingin hidup sendiri, tanpa beban dari orang lain termasuk orangtuaku sendiri.
 
Umurku sudah cukup untuk menikah, tapi hati ini sering was-was bila memikirkan hal tersebut, namun bila melihat seorang pemuda dan pemudi berpsangan ingin rasanya saya seperti itu. Kadang saya sering bermalas-malas di kamar sempek sewaanku, hanya untuk sekedar melamun arti dari sebuah pernikahan bersama perempuan berwajah ayu. Wow, menyenangkan, sungguh nikmat berhayal tanpa ada yang mengganggu.    

Akankah dia menerima pinanganku, seandainya saya senekat menginginkan dia menjadi teman setia hidupku? O, tak mungkin dia adalah seorang yang rakus akan kasih sayang, seandainya saya berhasil memanggil hatinya pun, tentunya dia lebih menginginkan hidup bersama orangtuanya sendiri. O, sungguh malang seorang suami memiliki istri seperti itu.
 
Tapi itu baru pikiranku yang buntu saja, sebab sekarang saya baru saja meminum susu murni langsung dari tetek sapinya, jadi kadang menulis lebih dari ngobrol-ngobrol bersama orang paling dekat. Ya, seperti orang bercanda, tapi ini beneran bila hati ini sering mengharapkan perempuan berwajah ayu itu berada di sisiku..
 
Buatmu semoga engkau mendengar keluh kesahku, tanpa saya buat tulisan ini saya peruntukan perempuan berwajah ayu. Seandainya malam ini engkau berada di sisiku tentunya hati ini tidak akan kesepian seperti yang kurasakan sekang ini.
 
Mesra cumbuanmu, hangat pelukkanmu, manis kecupanmu, menyentuh ubun-ubun sanubariku. Tentunya akan kurasakan sampai diujung tanduk engkau menjelajahiku. Semua itu tentunya bila engkau sekarang berada di sisiku.

Engkau masih melekat dalam ingatanku, belum tentu dalam hatimu melekat bayang wajah diriku. Suatu saat tulisan ini pasti engkau baca. Asal jangan engkau ceritakan pada orangtuamu, sahabat di kelasmu, kyaimu, juga orang yang paling dekat sekalipun denganmu. Sungguh ini adalah sebuah rahasia hidup diriku walau di dalamnya terdapat kata-kata yang tak di mengerti, akan tetapi ini adalah suatu kelebihan daripada diriku. Salam manis untukmu selalu.
 
Sapen, 21. 25 PM, WIB
 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coretanku # Jum’at, 07 Oktober 2005"

Post a Comment